Minggu, 25 Januari 2009

SUCIKAN DIRI DENGAN BERPUASA

SUCIKAN DIRI DENGAN BERPUASA
Oleh:
H. ZULKIFLI IMAM SAID


Firman Allah:

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya : Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah:129)


Bila kita perhatikan Al Qur’an mulia dari sekian banyak tugas Rasul salah satunya ialah membersihkan manusia, yang dibersihkan bukan fisik tapi adalah hati manusia. Bila hati itu baik maka baik pulalah kerja manusia itu, dan bila hati manusia jelek maka jelek pulalah kerja manusia itu.


Perbuatan manusia adalah gambaran dari hatinya. Melalui perbuatan seseorang dapat dibaca hatinya. Untuk memperbaiki hati itu manusia harus beribadah kepada Allah SWT. Salah satu dari Ibadah itu adalah puasa. Setiap bulan Ramadhan or­ang beriman itu diperintah berpuasa, dengan puasa itu diharapkan manusia akan memiliki pribadi mulia (taqwa). Pribadi taqwa akan didapatkan bila benar-benar kita puasa berlandaskan Iman dan perhitungan.
Dikatakan demikian karena Rasulullah juga menjelaskan banyak orang yang berpuasa hadiahnya hanya sekedar lapar dan dahaga saja, nilai disisi Allah kosong sama sekali. Ada anggapan sebahagian orang bila mereka telah menahan lapar dan haus otomatis mereka akan menjadi orang bertaqwa, tidak demikian tapi harus diperhatikan hikmah dari puasa itu. Allah tidak ingin kita lapar. Bila dengan puasa itu lahir pribadi yang agung barulah bernilai puasa itu, inilah yang dicita-citakan.
Orang beriman itu diperintahkan meninggalkan yang halal, milik sendiri yang didapat secara halal dilarang memakan dan menikmatinya siang hari dibulan Ramadhan. Pribadi yang telah berani meninggalkan yang halal tentu tak mungkir, akan menjamah yang haram/makruf. Bila ada orang berpuasa tetapi biasa saja memakan yang haram tentu puasa yang dilakukan bukan karena Iman dan perhitungan. Mungkin karena segan dan ikut-ikutan, orang yang berpuasa ikut-ikutan itu jauh sebelum bulan Ramadhan pemikirannya sudah tertuju kepada pemuasan dibulan Ramadhan.
Sering kita dengar waktu ceramah tarawih ustadz menyampaikan ada orang jauh sebelum puasa telah menyediakan segala kebutuhan puasa seperti gula, gula puasa, cabe, cabe puasa, daging, daging puasa, ayam, ayam puasa dan lain sebagainya, yang terpikir bagaimana memuaskan selera dibulan puasa itu. Setiap sore keliling mencari makanan yang sedap untuk berbuka. Bila puasa telah berlalu beberapa hari perhatian beralih pula kepada kebutuhan lebaran, pakaian, perabot rumah tangga, kendaraan dan lain sebagainya, karena banyaknya kebutuhan berubahlah puasa dari menahan jadi berpuas. Hilanglah nilai agung dari puasa itu.
Selain daripada Iman juga diperlukan kehati-hatian dalam menjaga ibadah puasa dan segala yang akan merusaknya. Kita tahu puasa untuk pengontrol nafsu, nafsu yang tak terkontrol senantiasa menyuruh kepada kekejian dan kemungkaran.
Bila ada kekejian dan kemungkaran itu adalah kerja nafsu yang tak terdidik dan terkontrol. Mudah-mudahan puasa yang kita lakukan ini dapat merobah sikap dan perbuatan kita. Ibarat berpuasanya ulat di dalam kepompong, sebelum berpuasa ulat binatang yang menjijikkan dan setelah keluar dan kepompong menjadi kupu-kupu Indah dan menawan, mudah-mudahan demikian juga dengan kita, Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar