Rabu, 14 Januari 2009

PERUMPAMAAN ORANG YANG MENJADIKAN NAFSU SEBAGAI TUHAN

Firman Allah QS. Al-Furqan : 43-44

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا(43)أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا(44)

Artinya : ”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?. atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (Q.S. Al-Furqaan:43-44)

Begitu indahnya Allah suruh manusia memperhatikan bahwa ada orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan. Dan ada pula orang yang jadi penolong-penolong orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan.

Orang yang hidup hanya menuruti nafsunya dan tidak melihat rambu-rambu Allah, Allah katakan diayat 44 sama dengan binatang ternak (bukan binatang liar yang lebih cerdik dari binatang ternak) bahkan Allah katakan lebih sesat lagi dari binatang ternak.

Apa yang Allah katakan dalam surat Al Furqaan 43 ini pernah di alami oleh nenek moyang kita Adam. Tatkala Adam tinggal disurga Allah mengatakan dalam surat AlBaqarah ayat 35 yang bunyinya :


Artinya : “Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim”.(Q.S. Al-Baqarah:35)

Diayat 36 Allah katakan bahwa nenek moyang kita digelincirkan syaitan dengan was-wasnya sehingga dia melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.

Artinya : ”Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(Q.S. Al-Baqarah:36)

Karena Adam mengikuti hawa nafsunya yang dibisikkan syaitan maka dia dikeluarkan dari tempat yang nikmat yaitu surga.

Tidak ada bedanya apa yang terjadi pada nenek moyang kita Adam dengan kita sekarang. Adam dikeluarkan dari surga karena mengikuti hawa nafsunya, sedangkan kita yang hidup di dunia kalau mengikuti hawa nafsu maka kita pun tidak akan merasakan nikmatnya surga.

Kejadian Adam yang Allah ceritakan di dalam Alquran untuk menjadi pelajaran bagi manusia untuk tidak mengulangi kembali.

Orang yang mengikuti hawa nafsunya adalah orang yang tidak memiliki azam yang kuat seperti pepatah minang BARAJO DI HATI BASUTAN DI MATO.

Orang yang berjalan dengan rambu-rambu Allah, itulah orang yang sukses seperti kata Allah :

”Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.(Q.S. Al-Baqarah:5)

Sebaliknya orang yang tidak mengikuti rambu Allah dan hanya mengikuti “ILAA HA HUU HAWAAHU”, hawa nafsunya pasti dalam keadaan resah dan gelisah.

Sekaya apapun dia, setinggi apapun pangkatnya tapi dalam hidup dia “ILAA HA HUU HAWAAHU”maka dia tidak akan bahagia.

Kita lihat Amerika yang menuruti hawa nafsunya dengan menghancurkan Irak, sepintas lalu sepertinya mereka tidak apa-apa tapi kenyataannya perasaan mereka menjerit hidup dalam ketakutan. Karena memang tidak ada satu dosa yang bisa mendatangkan ketenangan jiwa. Kita harus Camkan ini.

Kalau kita tidak mengikuti hawa nafsu tapi ikut mendukung orang yang mengikuti hawa nafsunya maka kita termasuk golongan mereka. Kadang demi pujian, sanjungan, kalungan bunga seperti kehormatan yang diberikan oleh orang yang menuruti nafsunya, kita pun mau menjadi pendukungnya. Untuk orang ini Allah katakan “Apakah kamu kira mereka itu YASMA’UNA (mendengar) atau YAKKILUN (berfikir) tidak, tidak mereka tidak mendengar dan tidak memikirkan.

Allah katakan mereka pengikut hawa nafsu itu lebih sesat dari binatang ternak. Kita lihat memang benar ayat Allah yang mengatakan ada hewan yang lebih mulia dari manusia pengikut hawa nafsu.

Singa pantang memakan bangkai, sedia mati kelaparan daripada memakan bangkai. Telah dibuktikan oleh orang yang biasa berburu, singa tidak mau dengan bangkai, dia tidak mau memakan sisa harimau sementara manusia apapun dimakannya. Entah harta siapa mau diperebutkan, ada manusia pemakan koral, semen, batu. Jelas singa lebih mulia dari manusia pemakan harta tak jelas.

Musang tidak akan memakan ayam yang ada dikampungnya. Kalau akan cari ayam akan dicari di kampung orang. Sementara manusia, dikasih pekerjaan , di tempat dia bekerja itu dia berlaku curang. Seperti kata orang minang, MANGUMUAHAN PARIUAK (tempat dia akan makan betul yang dikotori). Jadi lebih mulia musang dari pada manusia penurut hawa nafsu

Ayam walaupun di serakkan makanan, tidak akan meninggalkan telur yang dieraminya. Begitu dia menjaga telur yang bakal jadi anaknya.

Semua binatang mempertaruhkan nyawa demi anaknya. Sementara manusia ketakutan memiliki anak, takut banyak anak hanya puas dengan 2 atau 3 anak. Padahal anak bukan terletak dari banyak atau sedikitnya tetapi sejauh mana kualitas anak tersebut.

Nabi bangga dengan keluarga yang memiliki anak banyak yang berkualitas. Sementara kebanyakan orang ketakutan. Orang 2 anak, diapun ikut 2 anak. Untuk apa anak 2 atau 3 tapi narkoba semuanya.

Ada sahabat yang bangga mempunyai 1 anak dan kemana pergi mengkampanyekan keuntungan memiliki sedikit anak. Tak lama kemudian anak yang satu itu meninggal, hingga sahabat tersebut stress dan terganggu.

Jangan pernah kita bermain-main dengan aturan Allah. Dan manusia yang memilih aturan lain pasti akan sengsara hidupnya.

1 komentar: