Selasa, 03 Februari 2009

AMALAN SUNNAH

AMALAN SUNAH

Oleh H. Zulkifli Imam Said

Firman Allah :

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Artinya : “Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al Baqarah: 158)

Dalam ayat ini Allah SWT mengatakan bahwa shafa dan marwa adalah sebagian dari syiar Allah SWT. Sejarah shafa dan marwa, dimana Siti Hajar berlari-lari untuk mencari air buat anaknya Ismail, dan ini dijadikan sebagai salah satu dari ibadah haji. Yang merupakan napak tilas (mengulang kembali) usaha sang ibu dalam mencari air minum untuk sang anak. Banyak lagi sebenarnya hikmah yang diambil dari shafa dan marwa ini.

Dalam ayat ini Allah SWT katakan “tidak berdosa”. Kenapa Allah katakan tidak berdosa kita mengerjakan sa’i disana? Ini dikarenakan pada waktu itu masih ada berhala peninggalan masa jahilliah. Walaupun ada berhala, umat Islam tidak berdosa untuk mengerjakan sa’i diantara berhala tersebut.

Nampak bagi kita begitu toleransi islam. Islam benci berhala tapi tidak langsung mencampakkan berhala. Dengan cara bertahap sampai akhirnya berhala itupun di buang. Kalaulah Nabi ketika menyuruh sa’i langsung membuang berhala maka akan terjadilah pertumpahan darah dengan orang yang masih menyembah berhala. Nampak di sini tingginya toleransi Nabi.

Dalam ayat ini Allah SWT juga mengatakan “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan (amal sunnah) maka sesungguhnya Allah maha mensyukuri dan maha mengetahui.

Dalam islam ada ibadah wajib dan ibadah sunnat. Ibadah wajib tidak bisa di tawar lagi harus dikerjakan. Sedangkan ibadah sunnat mengharapkan penilaian khusus dari Allah. Kalau ada orang mengaku islam tapi berani meninggalkan shalat, ibadah puasa di bulan ramadhan, punya kelebihan rezeki tapi tidak berzakat dan berhaji maka orang tersebut jelas kafirnya.

Untuk yang mengerjakan kebaikan atau amalan sunnat, Allah katakan dalam ayat ini, maka Allah mensyukuri perbuatan orang tersebut. MASYA ALLAH, Allah yang maha kaya mensyukuri sikap orang yang melakukan kebaikan maka merugilah orang yang tidak mau melakukan amalan kebaikan tersebut.

Seperti kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan, kalau ada yang menambah dengan amalan sunnat yaitu puasa 6 hari di bulan Syawal maka bentuk penilain Allah SWT sama nilainya dengan berpuasa setahun penuh. Kalau kita lihat tinggi amalan sunnat seseorang maka sudah bisa di katakan baiknya orang tersebut.

Karena begitu tingginya amalan-amalan sunnat atau kebaikan ini, maka kita harus membiasakan dan melatih diri kita untuk melakukannya.

Untuk itu marilah kita perbanyak amalan kebajikan. Bayangkan Allah mensyukuri perbuatan kita tersebut. Kita biasakan shalat sunnat, puasa sunnat, berinfak dan yakin kita orang yang pemberi tidak pernah miskin dan camkan dihati bahwa kita tidak akan menjadi peminta-minta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar